Maha(siswa)

Saturday 25 August 2012



Sedikit terkesima dengan lingkungan saya beberapa bulan ini, seketika hidup menjadi serius dan gak ter-skema dengan rapih, semua urusan harus cepat dan instant.

Kembali ke judul maha(siswa), kenapa kata mahasiswa harus saya kurung di kata siswanya ?

MAHASISWA :
Kalo diartikan secara harfiah,
Maha : Sangat besar, paling, ter-.
Siswa : Orang yang belajar pada sebuah Instansi Pendidikan.

Jadi mahasiswa adalah siswa yang sudah sangat besar atau tertinggi tingkatannya, karena telah melewati tingkatan Sekolah Atas atau sekarang Sekolah Menengah Atas (SMA), jadi mahasiswa sudah dianggap dewasa dan kritis, agar apa ? Agar berguna bagi lingkungannya, paling tidak bagi dirinya sendiri.

Lantas apa ?

Menggembirakan.

Ketika kita perhatikan beberapa dasawarsa ini, arti mahasiswa telah bergeser menjadi siswa. Mahasiswa kini hanya menurut saja kepada mereka-mereka orang-orang eksklusif disana yang membuat kebijaksanaan yang tidak bijaksana, tak usah melebar langsung ke lingkup negara, terlalu jauh.

Dalam lingkup kampus, mahasiswa yang ada hanya mampu menerima meski terlihat tak terlalu mentaati.Kita ambil contoh kecil kasus yang sedang dalam percobaan di Universtas Gadjah Mada, yaitu "jam malam". Dari beberapa hasil tanya jawab dan diskusi dengan sesama mahasiswa UGM, mereka dengan gamblang mengatakan keberatan dengan jam malam, karena apa? Pertama mungkin dengan tugas yang ada, mereka kadang butuh teman-teman sesamanya untuk mengerjakan tugas, kadang mereka butuh koneksi internet, atau mereka butuh alat kerja yang jelas mereka ga punya di kost atau rumahnya.

Lantas, dosen memberi tanggal pengumpulan yang menyekik, apakah ini bijaksana ?

Kemudian mahasiswa hanya bisa mengeluh tanpa melakukan perubahan,menerima lalu mengeluh, menerima lalu marah, menerima lalu menghina.Lebih baik kita menghina diri sendiri teman-teman, karena kita keledai. Mau saja di pancing seikat rumput untuk terus berjalan.

Kalo mereka punya wewenang untuk membuat kebijaksanaan,maka kita punya kebijaksanaan untuk membijaksanakan wewenang.

Tapi ada beberapa kemungkinan yang dapat kita analisa dari mahasiswa sekarang ini, jika mahasiswa saat ini hanya menelan peraturan-peraturan yang dibuat, bisa jadi ada beberapa faktor yang memang terjadi :
  1. Mahasiswa saat ini memang memiliki segalanya dalam kamar kostnya, sehingga tak lagi butuh fasilitas kampus.
  2. Mahasiswa saat ini memang sudah rata dalam hal kecerdasannya, sehingga tidak lagi membutuhkan teman berdiskusi.
  3. Mahasiswa saat ini sudah tak butuh teman.
  4. Masalah lingkungan tidak penting.
  5. Mahasiswa saat ini sudah menjadi siswa yang tidak berseragam bertuliskan "Tut Wuri Handayani".
Dibalik semua itu, mari kita sikapi ini dengan bijaksana, mari kita masing-masing membenahi diri, terutama saya yang hanya bisa berbicara. Dan kita tunggu saja saatnya nanti ketika kampus telah benar-benar memerah kita tanpa kasih sayang, yang mereka ingin hanya kita lulus cepat, ipk bagus, dapet kerja di perusahaan asing, gaji dollar, tua kaya raya, mati masuk surga, (kita ga kenal dengan siapa yang tinggal disebelah rumah kita).

Kalo kita bangga dengan status kewarganegaraan kita sebagai warga Indonesia, maka sadarlah, kita punya PANCASILA yang telah kita sepakati sebagai landasan hidup bangsa kita.Tuhan selalu diatas, dan menjadi poin pertama dalam setiap aspek kehidupan.Bangga menjadi warga negara bukan hanya saat Gonzales mencetak gol ke gawang Malaysia.

Pilihannya hanya 2, diam dan hancur, atau bergerak walau kita belum tahu hasilnya, kita kembalikan kepada Yang memegang hidup kita. Karena Tuhan itu maha adil. Jangan menunggu sang Ratu adil lahir dan membenahi hidup ini, tapi lahirlah dari hati kita sebagai ratu adil tersebut.Dengan kebijaksanaan tentunya.

Jika terus begini, tak ayal beberapa tahun kedepan mahasiswa juga akan berseragam :) lucu memang.


by RS

0 comments:

Post a Comment